Kamis, 27 Agustus 2009

SKANDAL SEKS DI GEREJA VATIKAN

Adanya berbagai penggambaran adegan seks dan pornografi oleh Alkitab yang sangat “vulgar” dalam berbagai cerita tersebut, cenderung akan meracuni dan merusak pikiran para pembacanya, terutama dari kalangan anak-anak muda yang mentalnya masih rapuh. Perusakan pikiran oleh pornografi dalam Alkitab ini kemungkinan akan dapat mempengaruhi pada sikap dan perilaku.

Setelah membaca berbagai kisah cerita “mesum” tersebut, dapat kita simpulkan sementara ini, bahwa ajaran-ajaran Alkitab yang memuat tentang skandal seks para nabi dan rasul itu sangat sesat dan menyesatkan. Bisa jadi, kebanyakan umat Kristen mempercayai cerita “tidak masuk akal tersebut” sebagai sebuah wahyu dari Tuhan.
Adanya berbagai penggambaran adegan seks dan pornografi oleh Alkitab yang sangat “vulgar” dalam berbagai cerita tersebut, cenderung akan meracuni dan merusak pikiran para pembacanya, terutama dari kalangan anak-anak muda yang mentalnya masih rapuh. Perusakan pikiran oleh pornografi dalam Alkitab ini kemungkinan akan dapat mempengaruhi pada sikap dan perilaku. Ada sebuah hukum yang mengatakan bahwa : “Secara fisik Anda adalah apa yang Anda makan dan secara moral dan mental Anda adalah apa yang Anda baca!”. Artinya, orang yang telah terbiasa membaca dan mengkonsumsi pornografi dalam kesehariannya, cenderung akan meniru, atau sekurang-kurangnya mempunyai pikiran untuk melakukan apa yang telah ia baca itu.
Seperti kita ketahui bahwa negara-negara barat mayoritas penduduknya menganut agama Kristen, dan bukan rahasia lagi kalau kebanyakan masyarakatnya disana saat ini sedang mengalami degradasi nilai-nilai moral. Adanya homoseksual, pelacuran, hubungan kelamin sebelum dan di luar nikah, pelanggaran seksual, pornografi, pelecehan seksual, dan meningkatnya penyakit-penyakit kelamin, adalah sejumlah indikasi penting dari keruntuhan nilai-nilai moral di negara-negara barat. Namun ironisnya, sesuatu yang sangat berbahaya tersebut justru sering dianggap oleh masyarakat barat sebagai sesuatu hal yang normal.
Bisa jadi karena standar moral yang mereka anut itu juga berdasarkan tuntunan dan inspirasi yang mereka dapatkan dari Alkitab. Manakala Alkitab telah cenderung mentolerir suatu perbuatan zina, maka itu pula yang akan dianut oleh masyarakatnya. Sebagai contoh di negara-negara barat, laki-laki dan perempuan dewasa tidak malu untuk tidur bersama (kumpul kebo) sebelum mereka menikah, hal ini terjadi karena Alkitab memang mencontohkan cara-cara untuk melakukan kegiatan seperti itu (Lihat Alkitab-Rut, Pasal 1-4). Begitu juga ketika kita menyaksikan banyak orang-orang barat menjadi lesbian atau gay, itu karena Alkitab juga menganjurkannya. Ini dapat kita lihat dalam kasus lesbian yang menceritakan kisah “percintaan sehati Naomi dengan Rut” (Rut 1:15-20), kasus gay tentang “Laki-laki tua yang lebih bersimpati kepada tamu laki-lakinya dibanding anak perempuannya sendiri” (Hakim-Hakim 19:23-24), atau cerita tentang “berkat Tuhan” kepada masyarakat Sodom atau pelaku sodomi (Kejadian 18:26-33), yang kebanyakan orang-orangnya berperilaku homoseks (Kejadian 19:5).
Adanya dampak negatif pornografi dan cerita skandal seks dalam Alkitab ini bukan hanya mempengaruhi masyarakat awam saja, tetapi juga bahkan telah menjalar kedalam kehidupan para pemimpin gereja-gerejanya. Kalau anda pernah membaca Surat Kabar Italia La Republica yang terbit di Vatikan pada Hari Rabu, tanggal 21 Maret 2001, maka anda akan mengetahui adanya berita yang mengabarkan tentang maraknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja-gereja Katolik, dimana mereka berusaha memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya skandal asusila mereka. Dalam berita itu, diinformasikan bahwa para uskup dan pendeta ternyata menggunakan otoritas agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya : Amerika Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam gereja Katolik-Vatikan itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika lainnya.
Berita tersebut lebih jauh mengatakan bahwa salah seorang kepala biarawati di sebuah gereja, yang sengaja tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa para pendeta di gereja tempatnya bekerja telah melakukan pelecehan seksual terhadap 29 biarawati yang ada dalam keuskupannya. Ketika salah seorang biarawati melaporkan permasalahan ini kepada uskup agung, maka dia pun dipecat dari pekerjaannya.
Di gereja lainnya, menurut laporan, para pendeta yang berada di sana minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka. Dalam berita itu dinyatakan, bahwa setelah kejadian tersebut terungkap, maka pihak gereja mengirim para uskup yang terlibat ke luar negeri untuk melanjutkan studi atau mengutus mereka ke gereja lain sampai batas waktu tertentu. Adapun para biarawati, yang takut pulang ke rumahnya, dipaksa untuk meninggalkan gereja, sehingga banyak dari mereka beralih profesi menjadi wanita tuna susila (pelacur). Juga dinyatakan, bahwa telah ditemukan beberapa bulan yang lalu tentang adanya jaringan para uskup dan agamawan di Vatikan, dengan berbagai macam tingkatannya, yang melakukan perilaku seks menyimpang (homoseks) dan pecandu narkoba.
Pada bulan Maret 2003, Bapa Vatikan, Paus Yohanes Paulus II pernah mengundang para pembesar gereja Katolik Roma di Amerika Serikat ke Vatikan Roma untuk membahas terbongkarnya skandal seks sebagian uskup Amerika yang mengguncang gereja di sana.
Uskup New York dan Boston yang memiliki kedudukan terbesar di gereja Amerika mendapat tekanan kuat untuk mengundurkan diri dari jabatan mereka, setelah tersebar kabar bahwa mereka berdualah yang berada di balik skandal seks yang dilakukan oleh sebagian pendeta. Uskup Milouki dituduh telah menyembunyikan informasi tentang skandal seks serupa. Kepala uskup Boston Kardinal Bernard Lu yang berumur 70 tahun juga dituduh telah mengetahui adanya beberapa uskup di keuskupannya yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur secara terus menerus, namun uskup tersebut tidak memberikan sanksi kepada mereka, malah dia hanya memindahkankannya ke keuskupan lainnya, dimana para pendeta tersebut bisa mencari korban-korban baru lainnya. Selain itu, terdapat juga skandal serupa di negara-negara bagian Amerika lainnya, seperti di St. Louis, Florida, California, Philadelphia, dan Detroit.
Sekitar 3000 pendeta menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur. Kardinal pun mendapat protes keras karena tidak memberikan sanksi di Boston kepada mantan pendeta John Geogon yang diyakini telah melakukan pelecehan seks terhadap 100 orang selama 20 tahun, malah dia hanya dipindahkan ke keuskupan lain. Skandal seks gereja tersebut menghabiskan biaya yang sangat besar mencapai milyaran dolar untuk berdamai di luar pengadilan di beberapa kasus. Juga dinyatakan bahwa beberapa keuskupan dinyatakan bangkrut disebabkan oleh adanya skandal seks tersebut.
Ironisnya, para pastor dan pendeta tidak malu-malu melakukan perbuatan “keji” tersebut dibalik jubah “suci” yang mereka kenakan dihadapan umat. Sebagai orang-orang yang dianggap suci oleh jemaatnya, mereka ternyata mempunyai perilaku seperti “binatang”, bahkan lebih buruk dari itu. Jadi, bagaimana mungkin para pendeta yang “suci” dan “bertakwa” itu minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka? Benar-benar sangat tidak bermoral!
Read More......

Tuhan Melindungi Para Laki-Laki yang Memperkosa Gadis

“Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis yang masih perawan dan belum bertunangan, lalu ia memaksa gadis itu tidur dengannya, dan keduanya kedapatan melakukan itu, maka laki-laki yang meniduri gadis tersebut harus memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi istrinya, sebab laki-laki itu telah memperkosanya, dan setelah mereka menikah, laki-laki itu tidak boleh menceraikannya.” (Ulangan 22:28-29)

Seperti kita ketahui bahwa dalam Tuhan dalam Alkitab telah memberikan berbagai macam pilihan atau alternatif bentuk hukuman bagi para pelaku zina, mulai dari hukuman dilempari batu sampai mati, hukuman congkel mata, sampai hukuman balas-ganti memperkosa. Kalau anda seorang pelaku perzinahan, maka sudah pasti anda tidak akan suka dengan ketiga macam bentuk pilihan hukuman tersebut. Ketiga bentuk hukuman tersebut sangat mengerikan dan menakutkan bagi para pelaku zina.
Jika boleh memilih, adakah alternatif hukuman lain yang lebih ringan untuk menggantikan ketiga hukuman yang sangat berat tersebut diatas? Jawabannya : ada! Penasaran mau tahu? Mari kita buka Alkitab berikut ini :

“Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis yang masih perawan dan belum bertunangan, lalu ia memaksa gadis itu tidur dengannya, dan keduanya kedapatan melakukan itu, maka laki-laki yang meniduri gadis tersebut harus memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi istrinya, sebab laki-laki itu telah memperkosanya, dan setelah mereka menikah, laki-laki itu tidak boleh menceraikannya.” (Ulangan 22:28-29)

Bagi para pelaku atau yang berniat melakukan pemerkosaan, ayat Alkitab tersebut diatas, tentu akan menjadi inspirasi tambahan buat mereka untuk melakukan aksi “bejatnya” disana-sini. Sebab hukuman bagi para pelaku pemerkosaan ternyata sangat ringan, karena hanya cukup membayar denda kepada orangtua gadis yang diperkosa dan mengawini gadis tersebut, maka bebaslah ia dari kesalahan. Bagi orang yang mau berpikir, hukuman denda bagi para pelaku pemerkosaan itu terlihat sangat tidak adil bagi keluarga korban pemerkosaan. Seolah-olah gadis yang menjadi korban itu disamakan dengan pelacur yang bisa dibeli dengan uang, dimana orangtuanya tidak boleh protes atau lapor ke polisi. Aturan “konyol” seperti apakah itu?
Read More......

Tuhan Menyuruh Orang-Orang Meniduri Istri Orang yang Terhukum di Depan Umum

Umat Kristen sebenarnya telah mengetahui bahwa Alkitab mereka sudah mengatur bentuk hukuman yang pantas diberikan kepada para pezina. Biasanya hukuman itu berbentuk hukuman razam dengan cara, para pezina dilempari batu hingga “babak belur” sampai mati. (Lihat Yohanes 8:7) Bahkan, jangankan berzina, melirik perempuan saja juga berat hukumannya, yakni hukuman congkel mata. (Lihat Matius 5:29)

Namun demikian, tahukah anda, ternyata ada alternatif hukuman lain yang bisa dijatuhkan kepada para pelaku perzinahan. Hukuman itu berupa hukuman balas dendam. Jika anda seorang suami yang telah memperkosa istri orang lain, maka anda akan diberi hukuman balasan yang sama oleh Tuhan, yakni istri anda harus diperkosa gantian oleh suami yang istrinya telah anda perkosa lebih dulu atau boleh diganti dengan laki-laki lain. Mengenai tempat pelaksanaan hukuman, harus dilakukan diruang terbuka. Artinya, adegan pemerkosaan harus ditonton oleh orang banyak. Hukuman “model baru” dari Tuhan ini dapat kita lihat sebagai berikut :

“…Aku (Tuhan) akan mengambil istri-istrimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur (berhubungan badan) dengan istri-istrimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi (dengan Istri orang lain), tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan." (2 Samuel 12:11-12)

Apakah ada yang berminat ingin menonton?
Read More......

Tuhan Menyuruh Seseorang Agar Mencintai dan Mengawini Pelacur

“Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal…” (Hosea 1:2)

Seandainya para pelacur, WTS (Wanita Tuna Susila), PSK (Pekerja Seks Komersial), dan yang sejenisnya itu mengetahui akan adanya perintah Tuhan kepada manusia untuk mencintai dan mengawini mereka, tentu mereka akan merasa sangat senang sekali. Itu artinya mereka tidak akan lagi dianggap sebagai sampah masyarakat, karena Tuhan telah mengangkat derajat mereka dengan memilihkan jodoh laki-laki yang baik, alim dan terhormat untuk dijadikan sebagai suami-suami mereka.
Perintah “konyol” Tuhan tersebut dapat dilihat dalam kitab paling “ngawur” yang bernama Alkitab, berikut ini :

“Ketika Tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal…” (Hosea 1:2)

“Berfirmanlah Tuhan kepadaku : “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah…” (Hosea 3:1)

Dapat dibayangkan, bagaimana “gegernya” kompleks lokalisasi WTS di Dolly Surabaya nantinya jika mengetahui adanya perintah Tuhan yang sangat menguntungkan bagi para pelacur wanita. Oleh karena itu, sepantasnya umat Kristen merasa malu untuk membaca firman Tuhan yang “tidak bermoral” tersebut.
Read More......

PUISI EROTIS DAN RANGSANGAN SEKSUAL DALAM KIDUNG AGUNG

“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu… Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu… Lehermu seperti menara Daud… Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang… Engkau cantik sekali, manisku, tidak ada cacat cela padamu… Turunlah kepadaku… Pengantinku… Datanglah kepadaku… Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata… Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur, dan lebih harum bau minyakmu… Bibirmu meneteskan madu… dan susu ada dibawah lidahmu… dan bau pakaianmu…Dinda pengantinku…” (Kidung Agung 4:1-12)

Kidung Agung adalah salah satu kitab terpilih dalam Alkitab yang memuat berbagai ungkapan-ungkapan syair, puisi, dan nyanyian. Konon katanya, Kidung Agung ini dulunya diciptakan langsung oleh Salomo berdasarkan ilham Tuhan yang ia peroleh. Dengan demikian, Kidung Agung, oleh umat Kristen termasuk dalam kategori ayat-ayat suci yang berasal dari Firman Tuhan.
Namun sejauh mana letak kesuciannya? Mari kita buktikan, apakah Kidung Agung ini sebuah ayat suci (Firman Tuhan) atau bukan? Beberapa contoh kutipan ayat-ayat Kidung Agung dibawah ini akan mengajak anda untuk berpikir dan menilai sejauh mana kesucian dari Kidung Agung tersebut.

“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur…” (Kidung Agung 1:1-2)

“Bagiku kekasihku, bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku.” (Kidung Agung 1:13)

“Diatas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku…” (Kidung Agung 3:1)

“…Kutemui jantung hatiku, kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa ia kerumah ibuku ke kamar orang yang melahirkan aku…” (Kidung Agung 3:4)

“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu… Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu… Lehermu seperti menara Daud… Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang… Engkau cantik sekali, manisku, tidak ada cacat cela padamu… Turunlah kepadaku… Pengantinku… Datanglah kepadaku… Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata… Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur, dan lebih harum bau minyakmu… Bibirmu meneteskan madu… dan susu ada dibawah lidahmu… dan bau pakaianmu…Dinda pengantinku…” (Kidung Agung 4:1-12)

“…Makanlah teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk cinta! Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah kekasihku mengetuk, ‘Bukalah pintu, dinda manisku, merpati idamanku…’ Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula? Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debar hatiku. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku…” (Kidung Agung 5:1-5)

“Betapa indah langkah-langkahmu…, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan… Pusarmu seperti cawan yang bulat… Perutmu bagaikan timbunan gandum… Seperti dua anak rusa buah dadamu… Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga… hidungmu seperti menara… Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku : "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel. Kata-katamu manis bagaikan anggur!" Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang tidur! Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu! Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!” (Kidung Agung 7:1-13)

“O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada ibuku, akan kucium engkau bila kujumpai diluar…” (Kidung Agung 8:1)

“Kami mempunyai seorang adik perempuan, yang belum mempunyai buah dada…” (Kidung Agung 8:1)

“Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara.” (Kidung Agung 8:10)

Nah, bagaimana anda mengomentari ayat-ayat Kidung Agung tersebut diatas? Apakah ia termasuk dalam kategori firman Tuhan ataukah firman cabul? Kalau ia bukan firman Tuhan, maka sebaiknya kita sebut saja ia dengan judul “puisi erotis“ atau “nafsu birahi” atau “rangsangan seks”! Bagaimana?
Read More......

Pembalasan Dendam Atas Perkosaan Sikhem Terhadap Dina

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Yakub mempunyai anak perempuan bernama Dina yang lahir lewat istrinya bernama Lea. Suatu ketika Dina pergi bermain ke tempat teman-teman perempuannya yang tinggal di negeri Kanaan. Tiba-tiba ditengah perjalanan, Dina dicegat oleh Sikhem, anak Hemor yang menjadi raja di negeri tersebut. Ia kemudian dilarikan, dan diperkosa oleh Sikhem.

“Ketika itu terlihatlah ia (Dina) oleh Sikhem, …lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)

Rupanya Sikhem mempunyai prinsip “coba dulu baru beli”. Mungkin karena barangnya cocok, setelah puas memperkosa Dina, Sikhem pun menyatakan jatuh cinta kepadanya, dan bermaksud melamar Dina untuk dijadikan istrinya. Oleh karena itu ia pun lalu membujuk bapaknya untuk datang melamar kerumah Yakub, ayah Dina.
Menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut, Yakub ternyata hanya diam saja dan tidak berkomentar apa-apa (Aneh ya?). Dan sebaliknya, kecaman datang dari beberapa anak laki-laki Yakub (saudara Dina) yang tidak terima atas kelakuan Sikhem yang tidak terpuji itu. Mereka merasa sakit hati dan marah sekali ketika mengetahui adik perempuan mereka diperkosa oleh Sikhem, yang nota bene bukanlah orang Yahudi. Namun begitu, mereka menyimpan dulu rasa sakit hatinya itu, dan mulai menyiapkan cara bagaimana mereka bisa melampiaskan dendam mereka tersebut kepada Sikhem dan keluarga-keluarganya.
Kesempatan itu akhirnya datang, ketika Hemor dan Sikhem datang melamar ketempat mereka (ke rumah Yakub) untuk melamar Dina, agar bisa diperistri oleh Sikhem. Untuk mensukseskan agar lamarannya tidak ditolak oleh keluarga Yakub, Sikhem memberikan penawaran kepada mereka untuk saling bertukar memilih wanita untuk dijadikan istri. Orang-orang Yahudi, keturunan Yakub, boleh dan bebas memilih perempuan mana saja dari bangsa Sikhem untuk jadikan istri. Sebaliknya, orang-orang Sikhem juga boleh dan bebas memilih wanita-wanita Yahudi untuk mereka peristri. Tawaran itu diterima dengan baik oleh anak-anak Yakub, namun dengan satu syarat, Sikhem dan orang-orang sebangsanya harus disunat terlebih dahulu.
Rupanya persyaratan anak-anak Yakub itu sebenarnya hanyalah merupakan akal licik mereka untuk bisa membunuh Sikhem dan orang-orang sebangsanya. Anak-anak Yakub ingin agar saat orang-orang Sikhem disunat ramai-ramai, nantinya mereka akan mengalami rasa sakit akibat penyunatan tersebut. Kalau semuanya sudah kesakitan, maka orang-orang Sikhem akan diserang secara mendadak dan dengan mudah dapat dibunuh oleh orang-orang Yahudi, yang diam-diam menaruh dendam atas perbuatan Sikhem yang mencemari Dina tersebut.
Dan benar saja, akhirnya penyerangan itu pun terjadi. Saat orang-orang Sikhem masih mengalami rasa sakit setelah “alat vital” mereka disunat, tiba-tiba anak-anak Yakub bersama orang-orang Yahudi lainnya datang dan mengepung negeri Sikhem. Akibatnya semua laki-laki Sikhem terbunuh dalam pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi tersebut. Bukan hanya itu, orang-orang Yahudi juga merampas harta-benda orang-orang yang terbunuh tersebut, serta menjarah seluruh isi kotanya. Tidak lupa pula, mereka pun menculik banyak perempuan perawan dari kota tersebut untuk dijadikan tawanan.
Alhasil, dendam mereka terbalas sudah dan Dina, meskipun ia telah kehilangan keperawanannya, tapi berhasil diselamatkan oleh saudara-saudaranya. Sementara itu, Yakub hanya bisa tertegun malu dan ketakutan melihat tingkah laku anak-anaknya tersebut, dan ia hanya bisa berkata kepada mereka :

“Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini... Padahal kita hanya sedikit jumlahnya, apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” (Kejadian 34:30)

Tetapi anak-anak Yakub yang masih belum bisa melupakan dendamnya malah menjawab :

“Habis salah mereka sendiri) mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!” (Kejadian 34:31)

Setelah membaca kisah tersebut, kita menemukan kesan bahwa cerita ini hanyalah menceritakan tentang bagaimana perilaku bejat Sikhem memperkosa Dina itu, diterima begitu saja oleh keluarga Dina, terutama Yakub (ayah Dina) dengan perasaan pasrah. Sebaliknya, anak-anak Yakub malah menyikapi peristiwa pemerkosaan saudara mereka itu dengan cara berbuat kasar, anarkhi dan melakukan pembunuhan keji terhadap keluarga Sikhem. Kedua cara penyikapan yang saling bertolak belakang ini tidak ada yang bisa digunakan sebagai contoh yang baik dalam kehidupan kita. Karena tidak mungkin kita hanya bisa bersabar dan pasrah begitu saja melihat pelaku pemerkosaan terang-terangan menginjak-injak harga diri kita. Tetapi kita juga tidak mungkin tiba-tiba melakukan aksi balas dendam membabi buta, membunuh para pelaku pemerkosaan, dan juga membunuh keluarganya yang tidak bersalah.
Adapun penyikapan yang terbaik menanggapi peristiwa pemerkosaan tersebut adalah dengan cara memberikan sanksi yang pantas kepada para pelakunya sesuai aturan hukum yang berlaku, tetapi tidak dengan maksud menganiaya, melainkan harus disertai dengan sikap yang arif, adil, dan bijaksana. Namun ironisnya, Alkitab justru tidak menunjukkan hal-hal tersebut kepada para pembacanya!?
Read More......

Siasat Seorang Janda Untuk Bisa Kawin Dengan Pemuda Kaya

Ini adalah cerita tentang kehidupan seorang perempuan Yahudi bernama Rut, yang kisahnya secara lengkap diuraikan dalam Alkitab-Rut, Pasal 1-4. Rut adalah menantu Naomi, dimana mereka berdua tinggal serumah, tepatnya dirumah Naomi. Naomi adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Ia mempunyai dua orang anak, yang salah satunya menikah dengan Rut. Namun kedua anaknya itu meninggal dunia, sehingga Rut akhirnya berstatus janda, sama seperti Naomi, mertuanya.

Kedua janda, mertua-menantu ini, tinggal bersama-sama di Betlehem. Selama tinggal disana, Rut bekerja sebagai buruh di perkebunan milik keponakan laki-laki Naomi, bernama Boas. Boas ini adalah seorang saudagar kaya raya yang sangat ramah, murah hati, dan selalu bersikap baik terhadap para pekerjanya. Oleh karena itu, Ia menjadi sangat dihormati, dan didoakan oleh orang banyak atas segala kebaikannya.

“Jawab mereka kepadanya : “Tuhan kiranya memberkati Tuan!” (Rut 1:4)

Tak terkecuali, terhadap Rut, Boas juga sangat ramah sekali, bahkan, mungkin Rut mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan pekerja lainnya. Sampai-sampai Boas berpesan kepada para pekerjanya, agar selalu melindungi Rut, dan jangan mengganggu atau mempersulit Rut dalam pekerjaannya. Keramahan Boas ini berlanjut, ketika saat waktu makan siang telah tiba, ia mengajak Rut untuk makan bersama-sama dengannya.
Perhatian Boas yang sangat baik kepada Rut itu rupanya mendapatkan tanggapan yang positif dari Naomi, mertua Rut. Ia memuji sikap Boas tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya orang itu (Boas) oleh Tuhan yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.” (Rut 2:20)

Bukan hanya memuji, Naomi juga bahkan menyuruh menantunya, Rut untuk selalu “menempel” terus kepada Boas, agar Boas dapat semakin tertarik dan menaruh hati kepadanya. Hal ini penting, karena Naomi hendak menjual tanah warisan suaminya kepada orang yang berminat. Naomi sebenarnya, meskipun tidak terlalu berharap, lebih menghendaki kalau tanahnya itu dibeli oleh kerabat dekatnya, terutama Boas. Inilah yang menyebabkan Naomi lalu sangat giat menyuruh Rut agar lebih mengakrabkan dirinya kepada Boas dengan maksud agar tanah miliknya bisa dibeli oleh Boas, sehingga tanah pusaka mereka itu tidak berganti nama, dan tetap menjadi milik keluarga.
Caranya? Naomi lalu menyuruh Rut agar merayu Boas dengan cara menyelinap diam-diam masuk ketempat tidur Boas pada waktu malam hari. Saat Boas telah tertidur, Rut disarankan oleh Naomi, agar menyingkapkan selimut Boas, dan tidur berbaring bersama-sama Boas.
Saran Naomi tersebut akhirnya dikerjakan oleh Rut. Ketika malam telah tiba, Rut yang berdandan “keren” habis lalu menyelinap masuk ke kamar Boas yang sedang tertidur dipembaringannya. Rut lalu menyingkapkan selimut Boas, dan tidur didekatnya. Perbuatan Rut ini bukanlah termasuk kategori “musuh dalam selimut”, tetapi “teman dalam berselimut”, atau istilah populernya “selimut penghangat”.

“Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya bergembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu (Rut) dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia disitu.” (Rut 3:7)

Bisa dibayangkan bagaimana terkejutnya Boas, ketika menemukan ada seorang perempuan asing yang tidur didekatnya tanpa izin.

“Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu (Boas), lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring disebelah kakinya. Bertanyalah ia (Boas) : Siapakah engkau ini?” (Rut 3:8)

Tapi keterkejutan Boas itu tidak terlalu lama, karena kemudian berganti dengan perasaan senang. Mengapa begitu? Karena wanita asing yang tidur didekatnya itu adalah Rut, orang yang telah dikenalnya selama ini, ternyata bukan hanya ingin tidur didekatnya, melainkan juga menawarkan diri untuk memberikan “service” kenikmatan tubuh kepada Boas! Rut berkata :

“Aku Rut, hambamu, kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami.” (Rut 3:9)

Mendengar penawaran yang menggairahkan setiap laki-laki itu, Boas tidak segera menerimanya dengan terburu-buru. Ia hanya berkata dan memuji perilaku “tidak terpuji” Rut tersebut, sebagai berikut :

“Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan, ya anakku! ...Sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.” (Rut 3:10-11)

Pujian “aneh” Boas itu pantas kita pertanyakan? Karena bagaimana mungkin seorang perempuan yang “keluyuran” di tengah malam lalu tidur didekat laki-laki yang bukan suaminya, disebut dengan perempuan baik-baik? Penilaian moral macam apakah itu? Tapi itulah yang terjadi, walaupun mereka kemudian tidak melakukan hubungan intim, Boas tetap membiarkan Rut tidur didekatnya.
Bagi orang-orang barat yang notabene Kristen, kelakuan Rut tersebut bukanlah hal yang mereka anggap aneh. Itu sudah biasa terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari dan cenderung dianggap sah-sah saja. Bahkan kalau perlu, bukan hanya tidur bersama, tetapi ditingkatkan menjadi “kumpul kebo” bersama. Dan, ironisnya Alkitablah yang menjadi contoh standar perilaku asusila masyarakat barat sekarang ini!
Setelah peristiwa tersebut terjadi, Boas pun lama-kelamaan menjadi tambah simpati kepada Rut, hingga akhirnya tertarik untuk membeli tanah yang akan dijual oleh Mertuanya Rut, Naomi. Tetapi rupanya keinginan Boas ini terhalang oleh seorang pembeli lain yang terlebih dahulu telah melakukan penawaran harga terhadap tanah milik Naomi tersebut. Karena itu, Boas kemudian mencari akal untuk menggagalkan minat pembeli tersebut. Caranya, Boas mengatakan kepada pembeli tersebut, jika ia (pembeli itu) mau membeli tanah Naomi itu, maka menantunya yang bernama Rut otomatis harus diambil juga olehnya, agar tanah tersebut tetap mempunyai nama pusaka atas nama Rut.
Mendengar kata-kata Boas yang cukup “cerdik” itu, maka si pembeli itu akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli tanah Naomi, hanya gara-gara ia tidak mau mendapatkan bonus seorang janda (Mungkin ia lebih suka perawan kali?). Padahal kalau orang di zaman sekarang mungkin tidak akan menolak, kalau tahu ia akan dapat bonus perempuan saat membeli tanah. Karena pembeli pertama tidak jadi membeli tanah Naomi, maka Boas pun yang akhirnya membeli tanah Naomi tersebut. Dan ia pun mendapatkan keuntungan ganda selain dapat memiliki tanah, ia pun juga memperoleh bonus untuk memperistri Rut, si pemilik tanah.
Keduanya kemudian menikah dan resmi menjadi suami istri. Lalu atas karunia Tuhan, mereka dianugrahi seorang anak laki-laki, yang diberi nama Obed. Menurut Alkitab, si Obed ini kelak akan menjadi Kakek dari Nabi Daud. Dan bagi orang-orang Yahudi, si Obed adalah salah seorang manusia yang termasyhur dikalangan bangsa Israel, sebab ia diberkati oleh Tuhan.
Nah, kepada para pembaca sekalian, begitulah cerita kehidupan Naomi, Rut, dan Boas yang dijadikan “teladan” dalam Alkitab. Teladan seperti apa? Entahlah! Mungkin teladan yang dimaksudkan itu adalah teladan tipu-menipu yang diperlihatkan Naomi, rayuan gombal “ala pelacur” dari Rut, dan akal licik dari Boas untuk dapat memperistri Rut.
Read More......